Gambaran Keindahan Surga Yang Allah Persiapkan Bagi Para Penghuninya

Di dalam surga, Allah Ta’ala sudah mempersiapkan jauh-jauh hari sejak zaman azali terhadap para hamba-Nya yang shaleh, senantiasa beramal kebajikan, taat melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangannya.

Rasulullah SAW. pernah mengalami perjalanan Isra’ Mi’raj yang begitu menakjubkan, sehingga ia bisa menyaksikan dan mengetahui secara langsung mengenai beberapa gambaran keindahan dan keadaan Surga yang dapat dijadikan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa dari kalangan umatnya sebagaimana berikut di bawah ini.

gambaran keindahan surga
ilustrasi: gambaran keindahan surga

1. Pintu Surga

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Dan, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan para penjaganya berkata ; Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu maka masuklah surga ini, sedang kamu kekal tinggal di dalamnya ! ” (QS. Az Zumar : 73)

 

Surga adalah Negeri Allah tempat orang-orang yang dekat dengan-Nya. Negeri seperti itu hanya bisa dimasuki setelah mengalami peristiwa-peristiwa dahsyat, yang dimulai sejak hamba dilahirkan di dunia.

Setelah melalui berbagai tingkat kehidupan dan mengalami berbagai kesulitan, Allah Ta’ala mengizinkan bagi Sang Penutup Para Nabi dan Rasul-Nya untuk memohon syafaat kepada-Nya guna membuka pintu surga bagi mereka.

Karenanya, jangan sampai orang membayangkan surga itu seperti hotel yang bisa dimasuki oleh siapa saja yang mau. Surga Allah itu mahal dan oleh karena itu untuk mencapainya, manusia harus bersusah payah dengan tidak mengikuti hawa nafsunya.

Renungkanlah kegembiraan para penghuni surga ketika digiring bersama-sama dalam kelompok-kelompok. Mereka semua bergembira dan saling memberi kabar gembira seperti ketika berada di dunia. Begitu pula penghuni neraka.

Mereka digiring ke sana dalam kelompok kelompok dan saling melaknat satu sama lain. Hal itu lebih menimbulkan kehinaan dan kecemaran daripada mereka yang digiring satu persatu.

Penjaga Surga berkata kepada penghuninya : “Salaamun alaikum.”

Mereka menyambut penghuni surga dengan salam yang berarti keselamatan dari setiap keburukan dan gangguan. Kemudian berkata kepada mereka,

 

“Berbahagialah kamu, masuklah surga ini sedang kamu kekal di dalamnya. Yakni dengan selamat dan baik, karena Allah mengharamkannya, kecuali bagi orang-orang yang baik.”

 

Oleh karena itu, penjaga surga mengabari mereka dengan keselamatan, kebaikan dan kekal di dalamnya. Renungkanlah perkataan penjaga surga kepada penghuninya :

“Masuklah kamu ke dalamnya.”

Dan perkataan penjaga neraka kepada penghuninya,

“Masuklah kamu ke dalam pintu-pintu Neraka Jahannam.”

Di balik kedua kalimat tersebut ada rahasia dan makna yang indah yaitu dikarenakan itu Negeri Hukuman dan pintu-pintunya adalah sesuatu yang paling buruk, paling panas dan paling besar kesedihannya, maka orang yang memasukinya disambut dengan siksaan yang lebih keras dari itu, sehingga timbul kesedihan dan kesusahan saat memasuki pintu-pintunya tersebut.

Kalimat :

“Masukilah pintu-pintunya,” adalah untuk merendahkan dan menghinakan mereka. Kemudian, dikatakan kepada mereka :

 

“Tidak cukup kamu memasuki pintu-pintunya yang buruk, tetapi kamu juga kekal di dalamnya.”

Adapun surga adalah Negeri Kemuliaan yang disediakan Allah bagi Para Wali-Nya. Karenanya, mereka pun diberi kabar gembira bahwa mereka akan masuk ke tempat duduk dan tempat tinggal serta kekal di dalamnya.

Telah diriwayatkan bahwa surga mempunyai 8 pintu sebagaimana disebutkan dalam 2 Perawi Hadist Shahih dan yang lainnya. Di antara hadis-hadis itu ialah :

Dari Sahl bin Sa’ad RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

 

“Di surga ada 8 pintu dan salah satu pintunya bernama Rayyan. Ia hanya dimasuki oleh orang-orang yang banyak berpuasa.”

 

Dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda,

 

“Barang siapa membelanjakan dua macam dalam suatu keperluan demi agama Allah, ia pun dipanggil dari pintu-pintu surga : “Hai hamba Allah, ini adalah kebaikan.”

“Barang siapa banyak shalatnya, ia pun dipanggil dari pintu shalat. Dan orang yang termasuk ahli jihad, ia pun dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa termasuk ahli sedekah, ia pun dipanggil dari pintu sedekah. Barang siapa termasuk ahli puasa, ia pun dipanggil dari pintu Ar Rayyan.”

Kemudian Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, bukanlah keharusan atas setiap orang untuk dipanggil dari pintu-pintu itu. Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu itu ?” Nabi SAW. menjawab, “Ya, dan aku berharap engkau termasuk mereka.” (HR. Syaikhain)

 

Dari Umar bin Khattab dari Nabi SAW., beliau bersabda :

 

“Tidaklah seseorang dari kamu berwudhu dan rnelebihkannya atau menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan : “Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya,” melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan dan dimasuki dari mana pun yang dikehendakinya.”

 

Ibnu Tirmizi menambahkan sesudah tasyahhud :

 

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci.” (HR. Muslim)

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Sebuah mangkuk berisi roti, lemak, dan daging diletakkan. Kemudian beliau mengambil bagian paha yang paling disukainya.

Beliau menggigitnya sekali dan berkata, “Aku adalah Pemimpin Umat Manusia pada Hari Kiamat.”

Beliau menggigitnya sekali lagi dan berkata, “Aku adalah Pemimpin Umat Manusia pada Hari Kiamat.”

Ketika melihat para sahabatnya tidak bertanya, beliau berkata, “Mengapa kalian diam saja ?” Maka mereka pun bertanya, “Bagaimana itu, Ya Rasulullah ?”

Nabi SAW. menjawab, “Semua manusia berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam. Mereka bisa mendengar orang yang memanggil dan pula melihatnya.”

Kemudian, ia menyebut hadits syafaat selengkapnya dan pada akhirnya Nabi SAW. berkata,

 

“Kemudian aku pergi menuju bawah Arsy lalu bersujud kepada Tuhanku. Allah menempatkan aku dalam kedudukan yang tidak pernah ditempati oleh siapa pun sebelum dan sesudahku.”

 

“Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak antara dua sisi pintu surga adalah seperti antara Mekkah dan Hajar.” Ibnu Qayyim menyebutnya dalam Hadil Arwah, bahwa : kesahihannya telah disepakati. Dalam suatu lafal disebutkan, “Seperti antara Mekkah dan Hajar atau antara Mekkah dan Basrah.”

Baca Juga :

Intinya, 8 Pintu Surga yang dimaksudkan oleh Rasulullah ialah,

 

  • Pintu Pertama, Pintunya Para Nabi dan Rasul, Syuhada dan Dermawan.
  • Pintu Kedua, Pintunya orang yang mendirikan shalat, memperbaiki wudhunya dan menyempurnakan rukun-rukun shalat.
  • Pintu Ketiga, Pintunya orang yang mengeluarkan zakat dengan hati ikhlas.
  • Pintu Keempat, untuk Orang yang ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar yakni memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
  • Pintu Kelima, untuk Orang yang menahan dan mencegah hawa nafsu dari syahwatnya.
  • Pintu Keenam, untuk Orang-orang yang menjalankan Ibadah Haji dan Umrah.
  • Pintu Ketujuh, untuk Orang yang Ahli Jihad.
  • Pintu Kedelapan, untuk Orang-orang yang bertaqwa, yang senantiasa memejamkan matanya dari barang haram, dan yang banyak berbuat kebaikan.

 

Begitu juga dengan pintu-pintu surga yang lain yaitu :

 

  • Pintu Para Nabi dan Rasul
  • Pintu Zakat
  • Pintu Haji
  • Pintu Syahadat dan Shalawat
  • Pintu Syuhada
  • Pintu Shalihin
  • Pintu Shaddiqin
  • Pintu Rahmat
  • Pintu Taubat

 

2. Tingkatan Surga

Allah Ta’ala pernah berfirman dalam Surah Al-Anfal ayat 2-4 yang berbunyi :

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Asma Allah gemetar hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”

 

Dan Allah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 162-163 yang menyebutkan,

 

“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam ? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

 

Allah Ta’ala juga berfirman yang termaktub dalam Surah An-Nisa ayat 95-96 yang artinya,

 

“Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya melainkan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.

Kepada masing-masing dari mereka, Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (Yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan (Sesungguhnya) Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

Dari Abi Said Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw bersabda,

 

“Sesungguhnya penghuni surga bisa melihat kamar-kamar di atas mereka seperti melihat bintang berkilau yang lewat di cakrawala dari Timur atau Barat karena adanya perbedaan tingkatan di antara mereka.

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, itu adalah kedudukan Para Nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka ?” Nabi SAW. menjawab, “Benar, Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.” (HR. Syaikhain)

 

See also  Cara Simpel Mengobati Kekecewaan Agar Lebih Fokus Menjalani Hidup

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw. bersabda :

 

“Di dalam surga, ada seratus tingkatan yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad untuk membela-Nya dan antara setiap dua tingkatan adalah seperti antara langit dan bumi. Apabila kamu memohon kepada Allah, maka memohonlah kepada-Nya Surga Firdaus, karena ia adalah pertengahan surga, surga yang tertinggi dan di atas Arsy Ar-Rahman serta dari situlah memancar sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari)

 

Juga diriwayatkan bahwa antara tingkatan yang satu dengan tingkatan yang lain berjarak perjalanan 100 tahun. Ada pula yang menentukan jaraknya 500 tahun. Tidak ada pertentangan antara kedua penentuan itu karena perbedaan perjalanan, ada yang cepat dan ada yang lambat.

Dari Amru bin ‘Ash, ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Apabila kalian mendengar muadzin menyerukan adzan, maka katakanlah seperti apa yang dikatakannya. Kemudian ucapkanlah shalawat untukku, karena barang siapa mengucapkan shalawat sekali untukku, maka Allah memberikan shalawat kepadanya 10 kali.

Kemudian mohonlah wasilah (kedudukan perantara), karena itu adalah kedudukan di surga yang tidak patut, kecuali bagi seorang hamba Allah dan aku berharap kiranya akulah orangnya. Maka barang siapa yang memohon wasilah bagiku, ia berhak mendapat syafaatku.” (HR. Muslim)

 

Dari Jabir, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

 

“Barang siapa ketika mendengar adzan mengucapkan : (Ya Allah, Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang berdiri ini, berilah Muhammad kedudukan terdekat, keutamaan, dan derajat yang tinggi, serta bangkitkanlah dia dalam keadaan terpuji yang Engkau janjikan kepadanya), maka ia berhak mendapat syafaat pada hari kiamat.” (HR. Syaikhain)

 

Kedudukan itu dinamakan wasilah, karena tingkatan yang terdekat dengan Arsy Ar-Rahman dan terdekat dengan Allah. Itu adalah bentuk kata yang berasal dari wasala ilaihi, yakni mendekatkan diri kepada-Nya. Menurut Ibnu Qayyim, wasilah artinya bersambung.

Bakr bin Sya’ats meriwayatkan dari Hasan, bahwa dinamakan Surga Aden, karena di atasnya ada Arsy yang memancarkan sungai-sungai surga. Bidadari di Surga Aden lebih utama daripada bidadari yang lain. Qurba dan Zulfa adalah sama, meskipun wasiilah mempunyai arti pendekatan kepada-Nya dengan berbagai cara.

Al-Kalbi berkata, Dekatkanlah dirimu kepada-Nya dengan amal-amal saleh sebagaimana Allah SWT. telah menjelaskan makna ini sejelas-jelasnya dengan firman-Nya :

 

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).” (QS. Al Israa : 57)

 

Kalimat : “Siapa di antara mereka yang lebih dekat”, adalah penafsiran wasilah yang dicari. Mereka bersaing untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Oleh karena Rasulullah SAW. adalah makhluk yang terbesar ibadahnya kepada Tuhan-Nya, paling mengenal-Nya, dan paling besar kecintaannya kepada-Nya, maka kedudukannya adalah paling dekat kepada Allah dan itu adalah tingkatan tertinggi di surga.

Nabi SAW. menyuruh umatnya memohon kedudukan itu baginya supaya dengan doa ini, mereka dapat memperoleh kedekatan kepada Allah dan tambahan iman. Juga Allah SWT. menetapkannya bagi Nabi SAW. karena berbagai sebab, diantaranya doa umatnya baginya untuk mencapai kedudukan itu. Mereka telah mendapat iman dan petunjuk melalui perantaranya.

3. Kemah-Kemah di Surga

Dari Abu Musa Al Asy’ari dari ayahnya, Rasulullah SAW. pernah bersabda :

 

“Sesungguhnya orang mukmin di surga mempunyai kemah dan sebutir mutiara kosong yang panjangnya 60 mil. Orang mukmin mempunyai keluarga, orang mukmin mengelilingi mereka. Maka, sebagian mereka tidak bisa melihat sebagian yang lain.” (HR. Bukhari, Muslim Daarimi dan Ahmad)

 

Dari Ibnu Abbas, bahwa kemahnya dari mutiara kosong, panjangnya 1 farsakh, lebarnya 1 farsakh dan mempunyai pintu dari emas yang dikelilingi kemah-kemah sejauh 50 farsakh. Malaikat memasukinya dan setiap pintu dengan membawa hadiah dari Allah. Itulah makna firman Allah Ta’ala :

 

“Para malaikat masuk ke dalam (kemah-kemah) mereka dari setiap pintu.” (QS. Ar Ra’ad : 23)

 

Ibnu Mubarak menuturkan, dikabarkan kepadanya oleh Humaam dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Kemah itu dari mutiara kosong yang panjangnya 1 farsakh. Ia mempunyai 70 pintu dari mutiara.” (Nihayatul Bidayah wan Nihayah : II/287)

 

4. Tanah Surga

Dari Anas bin Malik dari Abu Dzar dalam hadis Mi’raj, Rasulullah SAW. pernah bersabda,

 

“Saat aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata batu-batunya mutiara dan tanahnya (terbuat dari) misik.” (HR. Syaikhain)

 

Diriwayatkan mengenai surga, bahwa tanahnya misik, batu kerikilnya berupa mutiara dan yaqut, sedangkan tanahnya Za’faran. Di samping ukuran besar dan luasnya, telah diriwayatkan dalam hadis sahih bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Jarak antara dua busur seseorang dari kamu atau tempat telapak kaki lebih baik dari dunia beserta isinya.”

Baca Juga :

 

 

 

5. Sungai, Lautan dan Telaga Surga

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Surga-surga yang mengalir sungai di bawahnya.” (QS. Al Baqarah : 25)

 

Allah Ta’ala juga berfirman dalam termaktub Surah Muhammad ayat 15 yang artinya :

 

“Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaringi, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, itu sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya ?”

 

Dari Hakim bin Mu’awiyah bin Bahzin dari bapaknya, ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Di surga ada lautan susu, lautan air, lautan madu, dan lautan khamr, kemudian sungai-sungai memancar dari situ.” (HR. Ahmad)

 

Dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Barang siapa ingin diberi minum khamr oleh Allah di akhirat, maka hendaklah ia meninggalkannya di dunia. Sungai-sungai surga memancar dari bawah Gunung Kasturi. Andaikata penghuni surga mempunyai perhiasan yang menyerupai perhiasan seluruh penghuni dunia, niscaya perhiasan penghuni surga yang terendah lebih baik daripada perhiasan seluruh penghuni dunia.” (HR. Ibnu Abi Dunya)

 

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-3 yang berbunyi :

 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (dari nikmat Allah).”

 

Dari Anas, bahwa ketika kepada Rasulullah SAW. diturunkan Surat Al-Kautsar ini, beliau berkata, “Tahukah kalian, apakah Al-Kautsar itu ?”

Mereka menjawab, “Allah dan Rasulnya lebih tahu.”

Nabi SAW. berkata, “Ia adalah sebuah sungai yang dijanjikan Allah kepadaku dan terdapat kebaikan yang banyak padanya.” (HR. Muslim)

Dari Anas dalam hadis Mi’raj, Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Aku mendatangi sebuah sungai yang kedua tepinya adalah kubah-kubah mutiara kosong. Maka aku bertanya, “Apakah ini, Ya Jibril ?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Al-Kautsar yang diberikan Allah kepadamu.” (HR. Syaikhain dan Ahmad)

Dari Anas, Rasulullah Saw. menyukai mimpi yang baik. Terkadang beliau berkata, “Apakah seseorang dari kamu ada yang bermimpi ?”

Apabila ada orang yang bermimpi, beliau bertanya tentang mimpi itu. Jika tidak ada masalah, maka beliau merasa senang. Sewaktu Rasulullah SAW. telah mengirim pasukan, tiba-tiba seorang perempuan datang lalu berkata,

 

“Ya Rasulullah, aku bermimpi seakan-akan aku masuk surga. Tiba-tiba, kudengar suara ribut yang ditangisi oleh penghuni surga. Maka aku melihat ternyata didatangkan si Fulan bin Fulan hingga aku menghitung 12 orang lelaki. 

Kemudian, mereka didatangkan memakai baju sutera dan leher mereka berlumuran darah. Kemudian dikatakan : “Bawalah mereka ke Sungai Baidakh.” Mereka dicelup di situ dan ketika keluar, muka mereka seperti bulan bersinar di malam purnama. 

Kemudian didatangkan kursi-kursi dari emas, lalu duduk di atasnya. Didatangkan pula sebuah piring atau talam yang berisi buah kurma, lalu mereka makan darinya. Mereka makan dari buah yang mereka inginkan dan aku makan bersama mereka.” 

 

Tiba-tiba muncul pembawa berita dari pasukan itu dan berkata,

 

“Ya Rasulullah, telah terjadi begini dan begini pada kami si Fulan dan Fulan terbunuh,” hingga ia menghitung 12 orang yang (ternyata) sama dihitung oleh perempuan itu.

 

Kemudian Rasulullah berkata, “Suruhlah perempuan itu datang kepadaku.” Kemudian perempuan itu datang lagi dan Nabi SAW. berkata, “Ceritakanlah mimpimu kepada orang ini.” Kemudian ia bercerita dan orang itu berkata, “Tepat seperti apa yang dikatakannya, Ya Rasulullah.” (HR. Ahmad)

Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

“Para syuhada berada di atas Baariq, sebuah sungai di pintu surga dalam sebuah kubah hijau, keluar rezeki mereka kepada mereka dari surga setiap pagi dan petang.” (HR. Ahmad)

See also  Tips menjaga emosi pada anak dan cara meredam emosi anak

Dari Ibnu Abbas dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Allah menurunkan 5 sungai di surga, yaitu sungai Saihun di Hindia, Jaihun sungai di Balkh, Dajlah dan Furat keduanya sungai di Iraq, dan Nil sebuah sungai di Mesir. Allah Ta’ala menurunkannya dari sebuah mata air surga dari tingkatan surga yang paling bawah di atas kedua sayap Jibril. Kemudian Allah menanamkannya di gunung-gunung dan mengalirkannya di bumi serta menjadikan di dalamnya 7 manfaat bagi manusia dari berbagai macam penghidupan mereka.”

Itulah firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Mu’miinun ayat 18 yang artinya :

 

“Dan, Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi.”

 

Konon ketika Ya’juj dan Ma’juj keluar, Allah mengutus Jibril untuk mengangkat Al Qur’an dari bumi, Hajarul Aswad dari sudut Kakbah di Maqam Ibrahim, Tabut Musa, dan kelima sungai itu. Semua diangkat ke langit sebagaimana firman Allah Ta’ala yang menyebutkan :

 

“Dan, sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS. Al Mu’minuun : 18)

 

“Apabila semua itu telah diangkat, maka bagi penghuni bumi telah diharamkan kebaikan dunia dan akhirat.” (HR. Dhiya’ Al-Maqdisi) Namun, Ibnu Katsir mengomentari hadis tersebut sangat gharib, bahkan tergolong munkar.

Allah SWT. telah menggambarkan sungai-sungai surga dengan banyaknya aliran dan penghuni surga mengalirkannya kemana pun yang mereka kehendaki. Allah memancarkan berbagai mata air bagi mereka dengan berbagai jenis minuman dan air.

Ibnu Mas’ud berkata, “Tidaklah sebuah mata air pun di surga, melainkan ia memancar di bawah gunung Misik.” Juga diriwayatkan oleh Al A’masy dari Umar bin Murrah, dari Masruq dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia berkata, “Sungai-sungai surga memancar dari Gunung Misik.”

 

6. Pepohonan Surga

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 57 yang berbunyi :

 

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.”

 

Allah Ta’ala berfirman, “Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.” (QS. Ar Rahman : 64) Yakni, kehitam-hitaman karena sangat hijau dan pohon-pohonnya yang lebat.

Allah Ta’ala berfirman, “Mereka bertelekan di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.” (QS. Ar-Rahman : 54). Yakni mudah dipetik oleh mereka sambil duduk di atas permadani.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan, buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.” (QS. Al-Insaan : 14)

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Karena dia) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya dan kasus-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Ar Rahman : 68)

 

Dari Abi Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah pohon di surga, melainkan batangnya dari emas.” (HR. Tirmizi)

Dari Ibnu Abbas, bahwa batang pohon kurma di surga terbuat dari zamrud hijau dan cabang-cabangnya dari emas merah, daunnya adalah bahan pakaian penghuni surga. Buahnya seperti kendi dan timba, lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih lunak daripada mentega, dan tidak ada bijinya.

Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

 

“Sesungguhnya di surga ada sebatang pohon yang apabila pengendara berjalan di dalam bayangannya selama 100 tahun, maka ia masih belum bisa menempuhnya.” (HR. Syaikhain)

 

Dari Utbah bin Ubaidillah As-Salami, bahwa seorang dusun datang kepada Nabi SAW, lalu menanyainya tentang telaga dan menyebut surga. Orang dusun itu berkata, “Apakah di dalamnya ada buah-buahan ?” Nabi SAW. menjawab, “Ya, di sana ada sebatang pohon bernama Thuba,” lalu beliau menyebut sesuatu yang tidak kuketahui.

Orang dusun itu berkata lagi, “Pohon apa di bumi kita yang menyerupainya ?” Nabi SAW. menjawab, “Ia tidak menyerupai pohon apapun di bumi.” Kemudian Nabi SAW. berkata, “Apakah engkau pernah pergi ke Syam ?” Orang dusun itu menjawab, “Belum pernah.”

Nabi SAW. berkata, “Ia menyerupai sebatang pohon di Syam bernama Al-Jauzah dan tumbuh di atas batu dan terbentang bagian puncaknya.” Orang dusun itu berkata, “Berapa besar batang pohonnya ?”

Nabi SAW. menjawab, “Andaikata anak unta punya keluargamu berjalan, ia tidak bisa mengelilingi batang pohonnya hingga patah kakinya lantaran tuanya.” Orang dusun itu bertanya lagi, “Apakah ada anggur di dalamnya ?” Nabi SAW. menjawab, “Ya.”

Orang dusun itu berkata, “Berapa besar rangkaian buahnya ?” Nabi SAW. menjawab, “Sejauh perjalanan sebulan dengan kuda yang berlari cepat tanpa berhenti.” Orang dusun itu berkata, “Berapa besar bijinya ? Apakah kita bisa membuat timba darinya ?” Nabi SAW. menjawab, “Ya.” Orang dusun itu berkata, “Apakah itu cukup bagiku dan keluargaku ?” Nabi SAW. menjawab, “Bahkan, bagi seluruh kerabatmu.”

Dan Abi Said dari Nabi SAW., bahwa seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah, beruntunglah orang yang melihatmu dan beriman kepadamu.”

Nabi SAW. menjawab, “Beruntunglah orang yang melihatku dan beriman kepadaku, kemudian beruntunglah orang yang beriman kepadaku dan tidak melihatku.”

Seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah, apakah Thuba itu ?” Nabi SAW. menjawab, “Thuba adalah sebatang pohon di surga besarnya sepanjang perjalanan 100 tahun sedangkan baju-baju penghuni surga terbuat dari kelopak-kelopaknya.”

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’anul Karim :

 

“Dan, sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya, ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.

Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm : 13-18)

 

Ibnu Katsir menuturkan dalam Kitab Nihayatul Bidayah wan Nihayah bahwa Sidratul Muntaha diliputi cahaya Ar-Rabb Azza Wa Jalla, dikerumuni para malaikat yang sangat banyak jumlahnya dan kupu-kupu emas.

Rasulullah SAW. bersabda, “Ia diliputi oleh warna-warni yang tidak aku ketahui apakah itu, tak seorang pun dapat menggambarkannya.”

Rasulullah SAW. bersabda dalam hadis Mi’raj, “Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Ternyata tanamannya seperti bukit-bukit Hajar dan daunnya seperti telinga gajah. Dari batangnya, keluar dua sungai di luar dan dua sungai di dalam. Aku berkata, “Hai Jibril, apakah ini ?” Jibril menjawab, “Dua sungai yang di dalam terdapat di surga, dan dua sungai yang di luar adalah Sungai Nil dan Furat.” (HR. Syaikhain)

7. Buah-Buahan Surga

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Karena dia) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah. (Begitu pula) dengan buah-buahan yang banyak yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. Al-Waaqi’ah : 27-33)

 

Yakni tidak pernah berhenti berbuah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

 

“Buahnya tak pernah terhenti sedangkan naungannya juga (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ar-Ra’d : 35)

 

Jadi, tidak seperti buah-buahan di dunia yang muncul hanya di musim-musim tertentu. Siapa yang menginginkannya, buah di surga itu selalu ada apalagi mudah dan dekat dijangkau. Sekalipun buah itu ada di puncak pohon, bila menginginkannya buah itu tinggal mendekat dengan sendirinya.

Ada satu riwayat bahwa Ibnu Abbas RA. berkata, “Tidak ada di surga seperti di dunia, kecuali nama-namanya saja.” Yakni, apabila di dunia ada pohon, maka pohon itu hanya berbuah duri dibandingkan dengan pohon di surga yang menghasilkan buah yang baik.

Dan pohon yang di dunia hanya ada dalam bayangan, sedangkan di surga pohon itu mempunyai bentuk yang sangat bagus dan buah yang sangat lezat, bahkan satu macam buah bisa menghasilkan 70 macam rasa dan warna. Ringkasnya, di surga terdapat segala yang tak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia.

8. Bangunan Istana dan Gedung di Surga

Allah Ta’ala pernah berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 20 yang artinya :

 

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi.”

 

Allah Ta’ala juga berfirman dalam Surah Saba’ ayat 37 yang artinya,

 

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).”

 

See also  Inilah Sunnah Rasul Yang Membuat Hubungan Keluarga Semakin Romantis

Dari Ali, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

 

“Sesungguhnya di surga, ada kamar-kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalamnya dan bagian dalamnya dari luarnya kemudian seorang dusun berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, bagi siapakah kamar kamar itu ?” Rasulullah SAW. menjawab, “Bagi orang yang baik tutur katanya dan suka memberi makan kepada orang lain, terus berpuasa serta shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur.” (HR. Tirmizi)

 

Dari Anas bahwa Nabi SAW. bersabda, “Aku dimasukkan ke dalam surga, tiba-tiba kulihat sebuah istana dari emas. Maka aku bertanya, “Milik siapakah istana ini ?” Mereka menjawab, ‘Milik seorang pemuda Quraisy.” Maka, aku mengira akulah orangnya. Kemudian aku bertanya, “Siapakah dia ?” Mereka menjawab, “Milik Umar bin Khattab.” (HR. Tirmizi)

Al-A’masy meriwayatkan dari Malik bin Harts dari Mughits bin Sumaiy, bahwa di surga ada istana-istana terbuat dari emas, perak, mutiara, permata yaqut, dan zabarjad.

AI-A’masy meriwayatkan dari Mujahid dari Ubaid bin Umair, bahwa penghuni surga yang terendah derajatnya adalah orang yang mempunyai rumah dari mutiara.

Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Di surga terdapat kamar-kamar, apabila seseorang berdiam di dalamnya, tidaklah tersembunyi darinya apa yang ada di belakangnya dan apabila berdiam di belakangnya, tidak tersembunyi darinya apa yang ada di dalamnya.”

Ditanyakan, “Milik siapakah kamar itu, Ya Rasulullah ?” Nabi SAW. menjawab, “Milik orang yang berbicara dengan baik dan terus berpuasa, memberi makan kepada orang lain dan menyebarkan salam serta shalat saat orang-orang sedang tidur.

Dikatakan, “Apakah perkataan yang baik itu ?” Nabi SAW. menjawab, “Subhanallah, Walhamdulillah, Wa Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar. Ucapan itu akan datang pada hari kiamat dan ia mempunyai pendahuluan dan penghabisan.”

Dikatakan lagi, “Apakah yang dimaksud dengan terus berpuasa itu ?” Nabi SAW menjawab, “Orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan, kemudian mendapati Bulan Ramadhan dan berpuasa di bulan itu.”

Dikatakan, “Apakah yang dimaksud memberi makan itu ?” Nabi SAW. menjawab, “Barang siapa memberi nafkah kepada anak-anaknya dan memberi makan kepada mereka.”

Dikatakan, “Apakah yang dimaksud menyebarkan salam itu ?” Nabi SAW. menjawab, “Bersalaman dengan saudaramu dan mengucapkan salam kepadanya.”

Dikatakan, “Apakah shalat di waktu orang-orang sedang tidur itu ?’ Nabi SAW. menjawab, ”Shalat Isya’ dan di saat bagian malam yang terakhir.” (HR. Baihaqi)

 

Allah Ta’ala berfirman, “Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang awet muda dengan membawa gelas, ceret dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir.” (QS. Al-Waaqi’ah : 17-18)

Allah Ta’ala juga berfirman,

 

“Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca. (Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Insaan : 15-16)

 

Qawaarir’ adalah bahan kaca. Allah SWT. mengabarkan tentang bahan gelas itu terbuat dari sebening perak dan setipis kaca. Mujahid, Qatadah, Muqatil, Al-Kalbi dan Asy-Sya’bi mengatakan, gelas-gelas surga dari perak, berwarna seputih perak dan sebening kaca.

Menurut Ibnu Qutaibah, semua sungai, tempat pembaringan, permadani surga, dan gelas-gelasnya berbeda dengan buatan manusia di dunia. Dan firman-Nya, “Qaddaruuha taqdiiran (yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya).” (QS. Al-Insaan : 16)

At-Taqdir artinya mengukur sesuatu dengan ukuran tertentu. Sang Pencipta membuat bejana itu sesuai dengan kadar kekenyangan, tidak lebih dan tidak kurang. Ini lebih berpengaruh dalam kenikmatan orang yang meminumnya.

Andaikata kurang, maka berkuranglah kenyamanannya dan andaikata lebih banyak hingga terlalu kenyang timbullah rasa jemu dan bosan. Ini adalah pendapat sejumlah ahli tafsir.

Al-Farra’ mengatakan, mereka mengukur piala itu menurut ukuran seseorang dari mereka, tidak ada kelebihan dan tidak ada kekurangan serta itu adalah minuman yang paling nyaman. Demikian menurut Az-Zajjaj, mereka jadikan gelas-gelas itu sesuai dengan keperluan dan keinginan mereka.

Ditambah oleh Abu Ubaid, bahwa yang menetapkan ukurannya adalah mereka yang memberi minum, yakni para malaikat dan pelayan surga. Mereka menetapkan ukuran piala sesuai dengan kadar minumannya, sehingga tidak lebih dan tidak kurang.

Sejumlah ulama berpendapat, dhamir (kata ganti orangnya kembali kepada orang-orang yang minum), yakni mereka sendiri yang menetapkan ukurannya, sehingga sesuai dengan yang mereka inginkan. Pendapat jumhur ulama lebih baik dan lebih tepat mengandung pendapat ini.

Adapun tentang piala, menurut Abu Ubaidah merupakan wadah berikut isinya. Abu Ishaq mengatakan, piala ialah wadah yang berisi khamr sedangkan para ahli tafsir menafsirkan piala dengan khamr dan ini adalah pendapat Atha’, Al Kalbi, dan Muqatil.

Bahkan Adh-Dhahhak berpendapat, setiap kata piala yang tersebut dalam Al-Qur’an maksudnya adalah khamr. Ini adalah pandangan dari mereka yang melihat kepada makna yang dimaksud.

Yang dimaksud adalah isi piala, bukan piala itu sendiri. Juga di antara nama-nama ada yang merupakan nama dari keadaan dan tempatnya sekaligus, maupun sendiri-sendiri seperti sungai dan piala.

Sungai adalah nama dari air dan tempatnya, masing-masing mempunyai nama tersendiri. Begitu pula piala dan desa, oleh karena itu terkadang yang dimaksud dengan desa dan penghuninya saja bahkan terkadang tempatnya saja, atau kedua-duanya sekaligus.

Dari Hudzaifah bin Yaman bahwa Nabi SAW. bersabda :

 

“Janganlah kamu minum dalam gelaš emas dan perak begitu juga janganlah makan dalam piring emas dan perak, karena itu adalah bagi mereka di dunia dan bagi kamu di akhirat.” (HR. Syaikhain)

 

9. Pakaian Penghuni Surga

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman. (Yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang halus dan tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (QS. Ad Dukhaan : 51-53)

 

Allah Ta’ala juga berfirman,

 

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amal-(nya) dengan baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka dikaruniai Surga Aden yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu (juga) mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al Kahfi : 30-31)

 

Sebagian ahli tafsir mengatakan ‘Sundus’ adalah sutera tipis dan ‘Istabraq’ ialah sutera tebal. 

Menurut Az-Zajjaj, keduanya merupakan dua macam sutera dengan warna yang terbaik adalah hijau dan pakaian terlunak adalah sutera. Bagi penghuni surga dikumpulkan dua hal, yaitu penampilan yang baik dan kenyamanan memakainya.

Dari Abu Hurairah RA., ia berkata :

 

“Barang siapa masuk surga, ia merasakan kesenangan dan tidak putus asa, bajunya tidak bisa usang dan masa mudanya tidak bisa habis. Dan, di dalamnya surga terdapat segala yang belum pernah terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia sekalipun.” (HR. Muslim)

 

10. Bidadari Surga

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Bidadari yang cantik jelita, putih, bersih dan dipingit dalam rumah.” (QS. Ar Rahman : 72)

 

Dari Ali RA., bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Di surga, ada tempat pertemuan para bidadari. Mereka bersuara keras yang tidak pernah terdengar suara seperti itu oleh para makhluk seorang pun. Mereka berkata, “Kamilah wanita-wanita yang kekal, kami tidak binasa. Kamilah wanita-wanita yang merasakan kesenangan, maka kami tidak sengsara. Kamilah wanita- wanita yang ridha, maka kami tidak marah. Beruntunglah orang yang menjadi milik kami dan kami menjadi miliknya.” (HR. Tirmizi)

 

Dari Buraidah dari Abi Mas’ud Al Ghitari, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda,

 

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari dari Bulan Ramadhan, melainkan Allah mengawinkannya dengan seorang isteri dari bidadari dalam sebuah kemah dari mutiara kosong.

Setiap perempuan dari mereka mempunyai 70 pakaian, warna yang satu tidak sama dengan yang lain dan diberi semacam minyak wangi yang baunya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Setiap perempuan dari mereka mempunyai 70 tempat pembaringan dari yaqut merah dan dihiasi dengan mutiara dan yaqut.

Di atas tempat pembaringan, ada 70 permadani dan di atas setiap permadani ada dipan-dipan. Setiap perempuan dari mereka mempunyai 70.000 orang pelayan perempuan untuk melayani keperluannya dan 70.000 orang pelayan lelaki. Setiap pelayan lelaki mempunyai sebuah piring dari emas berisi semacam makanan yang suapan terakhirnya mempunyai rasa yang lain dari yang pertama.

Suaminya diberi seperti itu di atas tempat pembaringan dari yaqut merah dengan memakai dua gelang emas berhiasan yaqut merah ini adalah ganjaran untuk puasa yang dijalaninya setiap hari di Bulan Ramadhan selain kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya.” (HR. Tirmizi)

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Tirmizi bahwa Rasulullah SAW. ditanya tentang bidadari dari apa itu diciptakan, Nabi SAW. menjawab, “Dari tiga bahan (yaitu) bagian bawahnya dari misik, tengahnya dari ambar, dan atasnya dari kaafur. Rambut dan alis mereka adalah garis cahaya.”