JADILAH PEDAGANG YANG NAIK KELAS

Noak.id, Pedagang yang naik kelas – Pada hari jumat sy nyari produk,

“Boleh tanya, produk ini ready atau tidak?”

“Maaf kak, produknya ada di gudang jadi aku gak bisa memastikan.”

Saya mengawali chat di sebuah marketplace. Kebetulan ada barang yang mendesak saya perlukan untuk hari tersebut. Jadi penting untuk ditanyakan terlebih dahulu. Ternyata penjual yang saya tuju adalah reseller, saya tahu yang dimaksud gudang adalah produsen tempat dia mengambil barang.

Tidak masalah, reseller memang diperlukan keberadaannya karena produsen tak bisa menjangkau langsung para konsumen. Lantas saya melanjutkan pertanyaan berikutnya.

“Saya sedang membutuhkan untuk hari ini, jadi kira-kira bisa gak kalau dikirim hari ini?”

“Gak bisa dipastikan kak.”

“Boleh ditanyakan ke bagian gudangnya dulu?”

“Kakak sudah melakukan pembayaran?”

JADILAH PEDAGANG YANG NAIK KELAS

Sampai di sini saya cukup terkejut dengan penjual yang satu ini. Mengapa untuk bertanya produk tersebut memungkinkan untuk pengiriman di hari yang sama harus transaksi terlebih dahulu? Justru saya bertanya agar menjadi pertimbangan.

“Saya ingin tahu dulu, apabila dapat dikirim hari ini maka saya akan pesan. Tetapi kalau belum bisa dikirim hari ini maka saya juga belum jadi pesan.”

“Ya sudah tidak usah jadi pesan saja kak.”

 

Inilah akhir dari chat tersebut, sekaligus menjadi puncak keterkejutan saya. Menghadapi penjual seperti ini, cukup tertawa saja. Kemudian segera mencari penjual yang lain di marketplace yang sama. Beberapa menit kemudian saya berhasil transaksi di tempat lain, dan dalam hitungan jam produk tersebut sudah terkirim ke rumah.

Kalau diingat-ingat mungkin ini pertama kalinya bertemu pedagang yang tidak mau ribet seperti itu. Fokusnya pada mereka yang sudah pasti beli saja, sedangkan yang belum pasti tak perlu diacuhkan.

See also  Rezeki By Ust Muhammad Faizar

Bagi saya sebagai seorang pedagang, pengalaman ini berharga sekali. Karena menjadi pedagang itu membutuhkan kesabaran yang besar dan niat yang tulus. Tak salah jika pedagang disebut sebagai mujahid ekonomi.

Jihad mereka adalah mencari nafkah yang halal, sekaligus berusaha sabar melayani keingintahuan calon pembeli. Siapa yang menang dalam kesabarannya, maka ia menang dalam jihad tersebut. Itulah sebabnya Al-Allamah Al-Habib Hasan Asy-Syatiri pernah berwasiat,

التجارة فيها بركة وان خسر
“Pada perdagangan ada keberkahan, meskipun saat itu dagangnya sedang merugi.”

 

Keberkahan itu tidak dilihat dari besarnya keuntungan, melainkan dilihat dari usahanya. Meskipun kecewa (karena orang tidak jadi beli), tetap saja berdagang itu berkah. Karena sang pedagang telah berusaha melayani calon pembeli dengan baik. Sikap melayani ini sudah merupakan pahala tersendiri.

Maka ulama sudah mengingatkan, berdagang itu niat utamanya bukan semata karena uang. Inilah yang menyebabkan pedagang hanya fokusnya pada mereka yang sudah pasti beli saja. Jangan menjadi pedagang yang berkhidmat kepada uang.

 

Berdagang itu diniatkan untuk membantu orang lain, karena banyak orang yang membutuhkan produk yang kita jual. Contohnya seperti cerita di awal. Sungguh saya sangat senang sekali seandainya pedagang itu mau membantu. Sayangnya dia tak mau ribet.

 

Ulama telah menuliskan hal ini dalam kitab-kitab mereka. Salah satunya kitab An-Niat karangan Al-Allamah As-Sayyid Muhammad bin Alwi Alaydrus, bahwa salah satu niat berdagang adalah,

 

مساعدة الناس في حواىٔجهم
“Membantu orang lain pada apa yang mereka butuhkan.”

 

Terbukti bahwa berdagang itu penting diniatkan untuk berkhidmat kepada kaum muslimin. Tanpa perlu kita bersikap diskriminasi kepada orang yang kelihatannya “tidak akan beli” atau “cuma tanya-tanya doang” tetap saja kita layani dengan senang hati karena mereka datang saja sudah membawa keberkahan bagi kita.

See also  Obat Stress Menurut Al-Quran Yang Jarang Orang Ketahui

Sumber; content: Umi Sari, foto : Twitter