Apakah BERJILBAB TANDA TIDAK OPEN MINDED?

BERJILBAB TANDA TIDAK OPEN MINDED

BERJILBAB TANDA TIDAK OPEN MINDED – Beredar sebuah tulisan dari seorang Profesor yang juga seorang Rektor dari salah satu Universitas di Indonesia, yang menurut saya cukup meresahkan.

Beliau, menceritakan kisahnya saat mewawancarai beberapa calon kandidat peraih beasiswa LPDP ke luar negeri. Cerita yang menarik, tetapi sayangnya beliau terlalu melampaui batas.
Beliau seorang Profesor, yang mengaku suka membaca buku dan open minded tersebut, menurut saya malah terkesan lucu dengan tulisan beliau buat. Bagaimana mungkin beliau tidak riset terlebih dahulu sebelum membuat tulisan seperti itu.
Wanita berjilbab tidak lebih open minded? Ah, beliau yang hobi membaca itu, sepertinya pilih-pilih dalam membaca. Hanya membaca yang sesuai beliau inginkan sesuai nafsu saja.
Teman-teman pasti sudah banyak membaca tentang kisah-kisah wanita berjilbab yang berprestasi level dunia dan tentu saja open minded, jadi tidak perlu saya jabarkan di sini.
Saya tidak akan jauh-jauh, jadi saya akan bercerita tentang orang yang paling dekat dengan saya saja. Sebut saja dia Bunga, eh salah, nama dia Imee, istri saya.
Dia berjilbab. Lulusan S-2 dan S-3 dari salah satu universitas terbaik di Taiwan. Semua dari beasiswa yang alhamdulillah, tidak dari LPDP atau Dikti. Mengapa alhamdulillah? Saya hanya khawatir, jika istri mengikuti seleksi tersebut dan salah satu orang yang menyeleksi adalah beliau, bisa jadi istri mendapat perlakuan tidak seharusnya karena menggunakan jilbab.
Kemudian, setelah lulus S-3 di usia yang baru 27 tahun, bahkan sebelum sidang akhir S-3, istri sudah diterima bekerja sebagai postdoctoral atau peneliti di salah satu deretan universitas terbaik di Belanda dan juga Eropa, Eindhoven University of Technology.
Berapa pesaing yang dia kalahkan di seluruh dunia? Puluhan dan semua pasti lulusan S-3. Lowongan tersebut hanya untuk satu orang dan istri yang terpilih.
Setelah satu tahun bekerja, istri pindah bekerja ke salah satu perusahaan yang berlokasi di High Tech Campus, Eindhoven, Belanda. Lokasi yang disebut sebagai The Silicon Valley of Europe. Bekerja sebagai Senior Engineer, membawahi bule-bule lulusan S-2 dan S-3 serta semuanya laki-laki.
Di kantor, istri satu-satunya wanita muslim yang juga tentu satu-satunya mengenakan jilbab.
Bagaimana pendapat Anda, Pak Profesor? Wanita berjilbab yang memang sedang menjalankan perintah agamanya, tidak bisa open minded kemudian berprestasi di level dunia?
***
Jujur, saya sama sekali tidak respek dengan tulisan yang beliau buat. Sekalipun tulisan tersebut sudah dihapus, jejak digital tidak bisa hilang.
Tulisan tersebut tidak hanya menyinggung umat Islam, tetapi juga berpotensi merusak sendi-sendi kerukunan beragama di Indonesia yang susah payah kita semua bangun dengan baik.
Wanita berjilbab itu menjalankan perintah agama yang mereka yakini. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan open minded atau prestasi. Sungguh, seharusnya Anda yang bergelar Profesor memiliki sudut pandang yang lebih luas lagi.
Sekian tulisan receh yang berisi keluhan dari salah satu rakyat Indonesia yang resah dengan apa yang dilakukan oleh sang Profesor ini.
Semoga Menteri Pendidikan, Bapak Nadiem Makarim dan Bapak Presiden Presiden Joko Widodo membaca ini, sehingga menegur beliau agar bersedia membuat klarifikasi dan meminta maaf atas tulisan, yang menurut saya menyinggung banyak orang tersebut.
Jombang, 30 April 2022.
Dikutip dari Facebook Dimas Budi Prasetyo

See also  10 Keuntungan Mengikuti Pendidikan Informal di Indonesia