Teladan bagi seorang ayah.- Imran bin Matsan ialah salah satu orang shaleh dimana namanya tertulis dalam Al-Quran. Ia dan keluarganya menjadi orang yang memiliki kedudukan tinggi. Bahkan namanya menjadi nama surat ketiga dan Al-Quran yaitu surat Al Imran yang memiliki makna keluarga Imran.
Bukan tanpa sebab Allah memilih keluarga ini untuk menjadi salah satu nama surat terpanjang dalam Al-Quran. Meski Imran bukanlah seorang nabi,namun ia menjadi teladan bagi seorang ayah dan keluarganya memiliki kedudukan yang sejajar dengan nabi dan juga keluarga nabi.
Kisahnya pun banyak dijadikan inspirasi oleh banyak keluarga muslim, terutama untuk orang tua yang menginginkan keturunan karena Imran menjadi teladan bagi seorang ayah.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”
_(QS. Ali Imran: 33)
Mengenal Keluarga Imran
Dalam surah Ali-Imran dikisahkan bahwa Imran yang menjadi teladan bagi seorang ayah dan istrinya yang bernama Hannah binti faquda yang tak kunjung memiliki keturunan hingga di usia lanjutnya. Dikisahkan pula bahwa Hannah ialah seorang wanita yang mandul.
Pada awalnya, Hannah dan Imran hidup sangat bahagia. Namun, setelah berpuluh-puluh tahun tak kunjung memiliki anak, Hannah pun mulai merasa kesepian.Hingga suatu saat, ia melihat ada seekor induk burung yang sedang memberikan makanan untuk anak-anaknya.
Melihat burung itu menyuapi anaknya, Hanna pun sangat berharap Allah akan memberikannya sebuah keturunan. Istri Imran pun bernazar bahwa jika dirinya hamil, maka ia akan menyerahkan anaknya untuk menjadi pelayan di Baitul Maqdis atau rumah Allah. Nazar itu diucapkannya karena ia sangat menginginkan anak laki-laki agar bisa menjadi khadam (pelayan) di Baitul Maqdis.
Hal ini telah tertulis di dalam QS. Ali Imran ayat 35 yang berbunyi :
(Ingatlah), ketika istri ‘Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui”.
_(QS. Ali Imran:35)
Para ulama mengatakan bahwa saat itu pula Hannah mengeluarkan darah haidh. Ketika dirinya suci, suaminya Imran menggauli istrinya.
Tak lama kemudian, Hannah mulai mengalami tanda-tanda kehamilan. Dimana ia tak pernah haid dalam beberapa waktu dan perutnya semakin membesar seiring berjalannya waktu.
Melihat karunia yang diberikan oleh Allah, Imran dan istrinya merasa sangat senang karena keinginannya selama ini dikabulkan oleh Allah. Mereka pun mulai mempersiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh calon bayinya.
Namun kejadian menyedihkan pun terjadi, dimana suami yang dicintai yaitu Imran dipanggil oleh Allah SWT tanpa sempat melihat sang anak lahir ke dunia.
Perasaan Hannah semakin tak karuan, rasa sedih selalu menyelimuti istri Imran semenjak kepergian sang suami. Belum lagi saat itu dirinya tengah hamil tua.
Walapun sang suami sudah tidak ada, namun ia tettap menjadi teladan bagi seorang ayah.
Bayi Maryam
Hari melahirkan pun tiba, Hannah yang mengetahui bahwa anak yang dilahirkan ialah perempuan dan bukan laki-laki lantas menamainya Maryam. Nama tersebut diambil dari bahasa Arab yaitu Mary Ama yang berartikan hamba (perempuan) Tuhan.
Usai kelahiran Maryam, Istri Imran berdoa kepada Allah agar anaknya dijaga oleh Allah dan dilindungi dari gangguan syetan.
Maka ketika melahirkannya, dia berkata:
“Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.’ Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ‘Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak-cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk”
_(QS. Ali Imran:36)
Dikisahkan oleh pakar tafsir bahwasanya saat Hannah melahirkan Maryam, ia segera membungkus bayi Maryam dengan kain. Ibu Maryam bergegas membawa bayinya ke masjid untuk di serahkan kepada ahli ibadah yang berada di Baitul Maqdis.
Terlihat bahwa Maryam diserahkan usai disusui dan diasuh oleh Hannah. Ketika Maryam di serahkan, mereka pun mulai bersilang pendapat mengenai siapa yang akan merawat bayi tersebut.
Saat itu, Nabi Zakaria merupakan nabi mereka. Nabi Zakaria menawarkan dirinya untuk mengasuh bayi itu karena istrinya adalah saudara perempuan Bayi itu (Bibi Maryam).
Karena situasinya mulai memanas, para ahli ibadah memutuskan untuk melakukan undian. Maha Kuasa Allah SWT, dari hasil undian nama Nabi Zakaria keluar sebagai hak asuh Maryam. Bahkan namanya selalu muncul hingga tiga kali undian
Disebutkan juga dalam QS. Ali Imran ayat 37
“Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria”
_(QS. Ali Imran : 37)
Maryam dalam Pengasuhan Zakaria
Setelah hak asuh putri Imran kepada Nabi Zakaria, Nabi Zakaria pun merasa bahagia dan bersyukur dapat merawat Maryam kecil dengan sah. Mengingat Maryam adalah anak dari saudaranya, Nabi Zakaria berjanji akan merawat dan juga melindungi Maryam.
Nabi Zakaria mengasuh anak perempuan tersebut dengan penuh kasih sayang. Apalagi, saat itu Nabi Zakaria belum dikaruniai anak. Beliau menganggap Maryam sebagai putrinya sendiri.
Bahkan dikisahkan bahwa setiap hari Nabi Zakaria akan mengunjungi Maryam untuk melihat keadannya. Beliau pun selalu mengurus dan berusaha mencukupi segala kebutuhan Maryam setiap harinya. Sebisa mungkin, Nabi Zakaria tidak pernah lalai untuk menjalankan amanah yang telah diberikan kepadanya.
Dalam pengasuhan Nabi Zakaria, Maryam tumbuh menjadi wanita yang shalihah. Ia tumbuh menjadi remaja cantik yang selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya sebagai seorang perempuan.
Maryam tidak pernah terlihat bergaul dengan laki-laki yang bukan mukrimnya. Tidak juga ia memakai pakaian yang memperlihatkan auratnya.
Sebisa mungkin, ia selalu melakukan perintah Allah dan juga selalu menjauhi larangan-Nya untuk berbuat maksiat. Maryam selalu melalui hari-harinya dengan beribadah dengan berkhidmad di Baitul Maqdis.
Tak heran jika ia menjadi buah bibir banyak orang. Baik muda maupun tua, lelaki atau perempuan mengatakan bahwa Maryam adalah perempuan yang mampu menjaga kehormatan dan memiliki kepribadian baik.
Secara mendalam Maryam mulai mempelajari pendidikan tauhid dan juga kepribadian yang diberikan oleh Nabi Zakaria. Maryam mulai belajar isi sebenarnya Taurat yang saat itu kerap diselewengkan banyak tokoh agama demi mendapat keuntungan tersendiri.
Dengan cepat, Maryam yang saat itu masih belia mampu menguasai isi dan makna kitab Taurat. Kendati demikian, Maryam sering menerima perlakuan yang tidak baik dan kasar dari para pendeta yang merasa iri dengannya.
Sebagai seorang Nabi Allah, Zakaria sangat mengagumi keshalehan yang dimiliki Maryam. Menurutnya, Maryam ialah gadis yang santun dan juga baik. Dikisahkan, pada suatu ketika saat beliau datang untuk menjenguk Maryam, Nabi Zakaria melihat Maryam sedang bersujud dan berdzikir kepada Allah.
Selain itu, pernah suatu ketika saat Nabi Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, ia mendapati makanan-makanan lezat di samping Maryam. Ia merasa kebingungan dari mana Maryam mendapatkan makanan tersebut.
Nabi Zakaria selalu mengunci mihrab dan tidak pernah meninggalkan makanan mentah. Setahunya, Maryam tidak pernah membawa makanan kerumahnya, ialah yang selalu mengantar makanan untuk Maryam.
“… Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata. “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan”
_(QS. Ali Imran 37)
Dari kisah itu Allah menurunkan kuasa-Nya untuk Maryam. Bahkan Allah juga memilihnya sebagai wanita sholehah yang melebihi wanita lain di dunia.
“Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)” (QS. Ali Imran: 42)
Sebagai bentuk ketaatan, Allah memerintahkan kepada Maryam untuk selalu menyembah-Nya, selalu rukuk dan sujud kepada Allah bersama oranh lain yang menyembah Allah pula.
“Wahai Maryam! Taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”
_(QS, Ali Imran: 43)
Allah telah mengutuskan malaikat untuk menyampaiakan kepada Maryam bahwa terpilihnya dia sebanyak dua kali. Pemilihan pertama yaitu saat Allah menerima Maryam untuk berkhidmat kepada-Nya meski ia seorang perempuan.
Maryam menjadi perempuan pertama yang bisa berkhidmat dimana hal tersebut tidak diberikan kepada wanita mana pun selain Maryam. Pemilihan kedua, yaitu penyucian diri Maryam.
Proses Kehamilan Maryam
Suatu hari, Allah mengabarkan kepada Maryam tentang sebuah keajaiban yang tidak disangka-sangka. Allah memberitahu bahwa Maryam akan mengandung anak laki-laki, dimana namanya sudah Allah tentukan yaitu Isa Al-Masih atau Al-Masih Isa putra Maryam.
Diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadits bahwa Maryam selalu keluar dari Baitul Maqdis dan mengasingkan diri di timur Baitul Maqdis. Disanalah Malaikat Jibril menemuinya dan menyamar sebagai seorang pria.
“Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaiakn anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”
_(QS. Maryam: 19)
Selain dalam surat Maryam, kisah ini juga dituliskan dalam surat Ali Imran ayat 45 yang berbunyi :
(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaiakn kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)
_(QS. Ali Imran: 45)
Mendengar kabar itu, Maryam merasa terkejut. Karena anak tersebut akan lahir dari rahim Maryam dan tidak memiliki seorang ayah.
Maryam memang tidak ditakdirkan untuk menikah, karena ia akan menjadi wanita suci yang tidak akan tersentuh oleh lelaki manapun. Lantas, Maryam mempertanyakan tentang kebenaran kabar tersebut.
“Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”
_(QS. Ali Imran: 47)
Malaikat yang diperintah Allah untuk menyampaiakn pesan tersebut mencoba untuk meyakinkan Maryam bahwa Allah sanggup untuk melakukan segala sesuatu dengan apa yang dikehendaki-Nya. Dengan mengatakan “kun” maka jadilah.
Saat mendengar jawaban malaikat tersebut, Maryam hanya bisa terdiam dan berserah diri kepa Allah. Ia tahu, bahwa hal itu akan menjadi ujian yang sangat besar baginya. Dimana, masyarakat dan lingkungan yang ada disekitarnya pasti akan membicarakan kejadian itu meski tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada Maryam.
Jibril mulai meniupkan ruh yang berada di lengan bajunya, kemudian ruh itu mulai turun dan mengalir ke farji. Proses tersebut membuat Maryam bisa mengandung anak atas izin Allah Ta’ala.
“Maka Dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh”
_(QS. Maryam: 22)
Meski dalam Al-Quran tidak dijelaskan dimana Maryam mengasingkan diri, namun dalam Alkitab dijelaskan jika Maryam melahirkan Isa di Betlehem saat Palestina dipimpin oleh Raja Herodes Agung. Sekitar tahun 6 hingga 4 sebelum Masehi.
Perjuangan Maryam Saat Masa Kehamilan
Selama kehamilan, Maryam selalu merasa bingung dan ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada orang-orang. Sebab ia tahu, tak akan ada orang yang mempercayainya meski ia telah berkata dengan jujur.
Dengan mengumpulkan keyakinan, Maryam pun menceritakan kehamilannya tersebut kepada saudara perempuannya (istri Nabi Zakaria). Saat itu, saudaranya juga sedang mengandung seorang anak.
Istri Nabi Zakaria itu pun melihat janin yang ada di dalam kandungannya menghormati dan juga tunduk pada bayi di dalam perut Maryam. Dimana hal ini merupakan syariat sebelum islam sebagai ungkapan menghormai dan disyariatkan untuk melakukan sujud ketika mengucapkan kalimat salam.
Namun, syariat seperti ini sudah tidak diperbolehkan, dan hanya boleh dilakukan kepada Allah sebagai bentuk mengagungkan Allah Ta’ala.
Detik-Detik Kelahiran Isa
Saat kehamilan, Maryam merasa sakit yang luar biasa pada perutnya. Sepertinya, Isa kecil akan segera lahir ke dunia.
Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan”
_(QS. Maryam: 23)
Saat itu, cobaan yang dihadapi Maryam adalah tentang tudingan dari orang-orang disekitarnya. Dimana mereka tidak mempercayai penjelasan Maryam. Tak disangka, mereka malah mendustakan kisah Maryam dan mengatakan bahwa bayi yang ada dalam perutnya adalah bayi hasil perzinahan.
Sedangkan mereka mengetahui bagaimana kehidupan Maryam dalam kesehariannya. Wanita suci ini selalu beribadah dan tetap menjaga dirinya dengan selalu berada dalam Mihrab di Baitul Maqdis.
Tudingan itu membuat Maryam merasa tertekan dan sakit hati hingga ia berharap bahwa ia ingin mati sebelum bayi tersebut dianugerahkan kepadanya. Di dalam kondisi tersebut, malaikat Jibril datang untuk menemui Maryam dan memberikan hadiah berupa kurma yang sudah matang untuknya dan juga untuk bayi yang berada di dalam kandungannya.
“Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu’.”
_(QS. Maryam: 24–25)
Setelah itu, Allah Ta’ala pun mengutus Maryam untuk melakukan aksi tutup mulut dan tidak berbicara kepada siapa pun yang dijumpainya.
“Maka makan, minum, dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini’.”
_(QS. Maryam: 26)
Pasca Kelahiran Isa
Usai melahirkan Isa, Maryam pun kembali ke kampung halamannya. Dimana, seluruh kaumnya merasa heran melihatnya kembali dengan mebawa seorang bayi laki-laki, sedangkan mereka tahu bahwa Maryam belum Menikah.
Mereka menuding bahwa Maryam telah berzinah. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada Maryam yang saat itu menggendong bayi Isa. Karena Allah memintanya untuk melakukan puasa berbicara, maka Maryam hanya cukup berisyarat kepada putranya Isa.
“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
_(QS. Maryam: 29)
Saat itu pula, Allah memberikan mukjizat kepada bayi Isa. Dimana ia bisa membela sang ibu dan berbicara meski usianya saat itu tidak mungkin dapat berbicara.
“Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”
_(Maryam: 30–31)
Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali’.”
_(Maryam: 32–33)
Setelah kelahiran Nabi Isa, kehidupan Maryam selanjutnya tidak diterangkan dalam Al-Quran. Akhir kehidupannya pun tidak dijelaskan dalam Al-Quran ataupun Al Kitab.
Kendati demikian, tradisi Ortodoks Oriental, Ortodoks Timur, dan tradisi katolik yakin bahwa ibu Nabi Isa atau Maryam diangkat ke langit.
Lain halnya dengan kelompok Ahmadiyyah, dimana mereka percaya bahwa Nabi Isa dan Maryam tinggal di India setelah keduanya lolos dalam proses penyaliban.Mereka juga meyakini bahwa Maryam telah dikebumikan di kota Murre yang berada di Pakistan. Dimana makamnya berapa di Mai Mai dan Ashtan.
Bukan hanya di Pakistan, adanya tempat yang diyakini menjadi makan dari ibu Isa ini berada di Makam Bunda Maria yang berada di kaki Bukit Zaitun di Yerusalem, di Meryem Ana Evi atau Rumah Bunda Maryam di Turki, dan di Arbil yaitu Iraq bagian utara (menurut tradisi umat Kristen Ninawa)
Dari kisah Ali Imran tersebut mampu menjadikan inspirasi bagi keluarga Muslim. Terutama bagi para orang tua yang berharap memiliki anak-anak yang shaleh dan shalehah. Imran dan juga Hannah istrinya adalah salah satu potret orang tua yang mampu mewujudkan cita-cita membentuk keluarga yang penuh kasih sayang, dan ketaqwaan terhadap Allah.
Imran juga mampu menjadi seorang teladan bagi para ayah dimana ia mampu menyiapkan generasi terbaik. Bahkan perencanaan tersebut telah ia rancang sebelum sang istri mengandung. Menjadikan generasi yang mulai dunia maupun akhirat hingga menjadi kebanggaan keluarga.
Peristiwa Imran yang mewaqafkan Maryam hingga terlahir Isa ini terulang kembali pada kisah Muhammad Al-Fatih. Dimana sang kakek Muhammad Al-Fatih juga mewakafkan anak-anak nya untuk islam.
Hingga anak-anaknya tersebut melahirkan keturunan, sampailah lahir pemimpin terbaik pada masanya yaitu “Muhammad Al-Fatih”
Mungkin itu saja kisah mengenai Ali Imran yang menjadi teladan bagi seorang ayah. Semoga cerita singkat ini bisa memberikan manfaat dan juga pelajaran di kehidupan kita.
1 Comment
View Comments